1. Ketika hutang, piutang dan item moneter lainnya terdiri dalam berbagai mata uang kita harus mengubahnya menjadi mata uang tunggal
2. Ketika sebuah perusahaan beroperasi di luar negeri kita harus menerjemahkan laporan keuangan ke dalam mata uang bersama sebelum masa konsolidasi
Ketika sebuah perusahaan melakukan transaksi asing maka perlu mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum terkait dengan transaksi penukaran mata uang asing. Kesepakatan aturan yang paling penting adalah mata uang fungsional perusahaan dalam pencatatan transaksi dan nilai tukar saat ini.
Mata uang fungsional adalah mata uang dimana perusahaan menjalankan bisnis utamanya. Fakta-fakta dari setiap situasi akan menentukan mata uang fungsional perusahaan. Aturan umum praktis adalah, apapun mata uang bisnis biasanya akan menggunakan/dikonversi ke dalam mata uang fungsional perusahaan. Sebagai contoh, Amerika Serikat bisnis melakukan sebagian besar transaksi dalam dolar AS. Kadang-kadang, perusahaan akan melakukan transaksi dalam euro. Mata uang fungsional akan menjadi dolar AS.
Pada dasarnya, alur akuntansi atas transaksi bermata uang asing adalah sebagai berikut : Pada saat terjadinya transaksi pertama kalinya, nilai transaksi diakui atau dicatat sebesar nilai fakturnya (invoice). Pada setiap pelaporan, transaksi tersebut di translasikan dengan mengkonversikan nilai transaksi tersebut ke dalam mata uang fungsionalnya (Rupiah) sesuai dengan metode konversi yang dipergunakan, pada saat ini akan diakui KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS, yang dalam bahasa inggrisnya disebut Currency Gain/Lost.
Pada saat pembayaran (pelunasan) atas transaksi tersebut (baik itu berupa transaksi atas aktiva maupun kewajiban), nilai transaksi bermata uang asing tersebut akan disetarakan lagi dengan mengkonversikannya menjadi mata uang fungsional (Rupiah). Proses konversi ini akan mengakibatkan adanya KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS (Currency Gain/Lost)
2. Ketika sebuah perusahaan beroperasi di luar negeri kita harus menerjemahkan laporan keuangan ke dalam mata uang bersama sebelum masa konsolidasi
Ketika sebuah perusahaan melakukan transaksi asing maka perlu mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum terkait dengan transaksi penukaran mata uang asing. Kesepakatan aturan yang paling penting adalah mata uang fungsional perusahaan dalam pencatatan transaksi dan nilai tukar saat ini.
Mata uang fungsional adalah mata uang dimana perusahaan menjalankan bisnis utamanya. Fakta-fakta dari setiap situasi akan menentukan mata uang fungsional perusahaan. Aturan umum praktis adalah, apapun mata uang bisnis biasanya akan menggunakan/dikonversi ke dalam mata uang fungsional perusahaan. Sebagai contoh, Amerika Serikat bisnis melakukan sebagian besar transaksi dalam dolar AS. Kadang-kadang, perusahaan akan melakukan transaksi dalam euro. Mata uang fungsional akan menjadi dolar AS.
Pada dasarnya, alur akuntansi atas transaksi bermata uang asing adalah sebagai berikut : Pada saat terjadinya transaksi pertama kalinya, nilai transaksi diakui atau dicatat sebesar nilai fakturnya (invoice). Pada setiap pelaporan, transaksi tersebut di translasikan dengan mengkonversikan nilai transaksi tersebut ke dalam mata uang fungsionalnya (Rupiah) sesuai dengan metode konversi yang dipergunakan, pada saat ini akan diakui KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS, yang dalam bahasa inggrisnya disebut Currency Gain/Lost.
Pada saat pembayaran (pelunasan) atas transaksi tersebut (baik itu berupa transaksi atas aktiva maupun kewajiban), nilai transaksi bermata uang asing tersebut akan disetarakan lagi dengan mengkonversikannya menjadi mata uang fungsional (Rupiah). Proses konversi ini akan mengakibatkan adanya KEUNTUNGAN atau KERUGIAN (SELISIH) KURS (Currency Gain/Lost)
Comments
Post a Comment